Dalam diskusi panel bertajuk “Accelerating MSME’s Financial Inclusion through Fintech Innovation” yang diadakan pada hari Kamis (9/12/2021) dalam rangka Bulan Fintech Nasional 2021, Wallex bersama dengan DOKU dan Modalku membahas mengenai peran fintech dalam mengakselerasi pertumbuhan UMKM baik di Tanah Air maupun di ranah global, serta bagaimana para pemain fintech bisa menjembatani kesenjangan akses terhadap finansial yang selama ini dialami para UMKM.
Fintech Jembatani Kesenjangan Akses Keuangan UMKM
Sebagai pendongkrak ekonomi di Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menyumbang hingga 61,07% terhadap perekonomian nasional (PDB) dan menyerap lapangan pekerjaan hingga 97% (Kemenkeu.go.id). Namun, ternyata 60-70% UMKM masih belum mempunyai akses pembiayaan perbankan dan memiliki kendala dalam pengembangan usahanya (Bi.go.id).
Pada diskusi panel tersebut panelist membahas tentang tantangan-tantangan yang masih dialami UMKM dalam konteks akses terhadap finansial, mulai dari memperoleh pendaaan, melakukan perdagangan bisnis, hingga mengembangkan bisnis mereka di pasar global.
“Jadi, salah satu tantangan mereka itu sebenarnya adalah partnering. Berbeda dengan perusahaan besar yang tidak sulit mencari partner (contoh: bank, payment gateway besar). Jadi di sini Fintech masuk, mengisi financial gap karena sistem perbankan tradisional yang bisa jadi tidak cocok dengan UMKM dengan modelnya yang sangat kreatif dan serba online,” ucap Head of Partnership and Special Project Modalku, Mario Enrico Limantara. Mario juga menambahkan bahwa, “Justru timing semua serba online ini merupakan momentum pertumbuhan bagi UMKM. Apalagi pasca pandemi, semua harus lebih gesit karena permintaan pasar tinggi dan akan sulit jika UMKM tidak punya standby cash.”
Semakin banyak Fintech yang terjun dan berdedikasi untuk mendukung UMKM, para panelis optimis GDP juga akan terus meningkat. Kolaborasi antar Fintech akan terus melahirkan inovasi-inovasi baru supaya inklusivitas finansial menjadi bagian dari program pemerintah. “Sejauh ini, pemerintah khususnya Bank Indonesia selaku regulator, sudah betul dan berpikir jauh ke depan dengan meluncurkan blueprint sistem pembayaran sampai tahun 2025 untuk tujuan interoperabilitas (seperti QRIS yang biasa dilihat di restoran-restoran), standarisasi aturan main yang wajib diikuti seluruh Fintech, dan MOU dengan Malaysia dan Thailand agar QR code bisa dibayarkan di negara-negara tersebut,” ujar Alison Jap, Vice Chairman of Ethics Committee Board, AFTECH / Chief of International Partnerships, DOKU.
Dukungan dari regulator
Berpendapat serupa dengan Alison, Andy Putra, Country Head Wallex turut menjelaskan, “Pemerintah juga mengakomodir ide baru dengan hadirnya sandbox sebagai fasilitas inovasi. Audiensi dan fasilitasi bimbingan dengan BI bisa dilakukan dengan mudah”. OJK juga terus menunjukkan komitmennya dalam memberantas Fintech yang ilegal dan mengedukasi masyarakat tentang literasi keuangan. Dengan kata lain, regulator finansial di Indonesia, khususnya Bank Indonesia terus menerus berupaya untuk beradaptasi dan berinovasi dalam menerima maupun mendukung keberadaan Fintech. Hingga kini, Indonesia mengalami perkembangan-perkembangan pesat perihal teknologi atau platform layanan Fintech yang pada akhirnya dapat membantu UMKM dalam negeri. Dengan turut berkembangnya perusahaan Fintech di Indonesia, kolaborasi berkelanjutan antar pemain Fintech diharapkan akan membangun Indonesia menjadi Fintech Hub di Asia bahkan global selama terus ingin terbuka terhadap inovasi-inovasi baru.
Berkaitan dengan tantangan pembayaran bisnis bagi UMKM, isu yang mungkin dialami tidak terbatas hanya pada pemberantasan Fintech yang ilegal, tantangan lain yang harus dihadapi UMKM adalah terkait isu efisiensi dalam mengisi gap skema pembayaran internasional. “Kita dengan mudah membeli barang dari luar negeri, namun juga butuh pembayaran yang mudah, aman, dan terpercaya. Yang Wallex bantu adalah memastikan mereka memperoleh harga yang lebih terjangkau. Efisiensi ini penting supaya UMKM lebih leluasa mengembangkan bisnis mereka di ranah global”, tambah Andy. Maraknya perubahan transaksi dari offline ke online ini justru memangkas alur transaksi jadi lebih pendek dan biaya jadi lebih murah.
Andy juga menambahkan akan terus mengupayakan dan menawarkan inovasi baru. Saat ini Wallex menyediakan Wallex Xip, solusi pengiriman uang berbasis white label bagi bisnis yang berupaya untuk membantu mengatasi tantangan operasional atau teknologi yang mungkin terjadi dalam bisnis, sehingga pengusaha dapat lebih fokus ke hal yang lebih membutuhkan perhatiannya.
Tentang Wallex
Wallex adalah platform pembayaran lintas-batas yang berfokus memberikan solusi bagi bisnis untuk melakukan pembayaran ke lebih dari 180 negara dalam 46 mata uang secara online, lebih cepat dan lebih hemat.
Diregulasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan izin no 20/235/DKSP/83, Wallex memiliki visi untuk menyederhanakan perdagangan global untuk UMKM dalam satu platform yang simpel dan efisien, sehingga para UMKM bisa fokus pada apa yang paling penting bagi mereka, yaitu mengembangkan bisnis mereka.